San Francisco, 21 Februari 2025 – Acer, perusahaan teknologi ternama asal Taiwan, telah resmi menjadi perusahaan pertama yang menaikkan harga laptop di Amerika Serikat. Kenaikan harga tersebut disebabkan oleh dampak langsung dari tarif impor yang diberlakukan oleh mantan Presiden AS, Donald Trump, pada produk-produk elektronik asal China. Kenaikan harga ini diperkirakan akan mempengaruhi pasar laptop di AS, yang selama ini dikenal dengan harga yang relatif kompetitif.
Acer Mengikuti Jejak Perusahaan Lain
Kenaikan harga yang dilakukan oleh Acer muncul setelah lebih dari dua tahun diberlakukannya tarif tambahan oleh pemerintah AS pada berbagai barang elektronik, termasuk laptop dan komputer pribadi. Sejak penerapan tarif tersebut pada tahun 2018, perusahaan-perusahaan yang mengimpor perangkat elektronik dari China terpaksa menghadapi biaya yang lebih tinggi. Banyak perusahaan teknologi besar yang menghindari kenaikan harga dengan mencari alternatif pemasok atau menanggung biaya tambahan tersebut. Namun Acer memutuskan untuk memindahkan sebagian dari biaya ini kepada konsumen.
Acer mengungkapkan dalam sebuah pernyataan resmi. Bahwa kenaikan harga laptop ini berlaku mulai Februari 2025 untuk produk-produk tertentu yang diproduksi di China. “Kami telah berusaha keras untuk mempertahankan harga tetap terjangkau, namun dengan kondisi pasar yang semakin sulit akibat tarif tambahan ini. Kami tidak memiliki pilihan lain selain menaikkan harga pada beberapa lini produk laptop kami,” ujar Jason Chen, CEO Acer dalam konferensi pers.
Dampak Tarif Trump pada Industri Teknologi
Pada masa pemerintahan Donald Trump, pemerintah AS memberlakukan tarif tambahan pada produk-produk China sebagai bagian dari perang dagang dengan negara tersebut. Tarif ini ditujukan untuk mengurangi ketergantungan AS pada barang-barang elektronik yang diproduksi di China. Sebagai tekanan pada pemerintah China untuk merundingkan perubahan kebijakan ekonomi. Meskipun perang dagang ini telah berakhir sejak Joe Biden menjabat, tarif yang diberlakukan selama pemerintahan Trump masih tetap berlaku pada beberapa kategori produk, termasuk barang-barang elektronik.
Salah satu dampak terbesar dari kebijakan ini adalah kenaikan harga produk elektronik, termasuk laptop dan perangkat komputer. Hal ini terutama mempengaruhi perusahaan-perusahaan seperti Acer, yang memiliki banyak komponen yang diproduksi di China. Dengan tarif tambahan yang dikenakan, biaya impor barang-barang tersebut meningkat. Perusahaan-perusahaan seperti Acer harus mencari cara untuk mengkompensasi biaya yang lebih tinggi ini.
Menurut analisis dari perusahaan riset pasar, IDC, harga rata-rata laptop di AS diperkirakan akan naik sekitar 5-10% pada tahun 2025 sebagai akibat dari tarif ini. Meskipun dampaknya lebih terasa pada merek-merek yang memproduksi laptop di China. Dampak ini diperkirakan akan merembet pada seluruh industri, karena konsumen akan mulai merasakan perbedaan harga pada berbagai merek.
Reaksi Pasar dan Konsumen
Kenaikan harga laptop yang dilakukan oleh Acer disambut dengan berbagai reaksi dari konsumen dan pakar teknologi. Beberapa konsumen merasa keberatan dengan harga yang lebih tinggi, terutama karena laptop sudah menjadi kebutuhan sehari-hari bagi banyak orang, mulai dari pekerja hingga pelajar. Seorang konsumen asal New York, Michael Hartman, mengungkapkan kekecewaannya atas keputusan Acer. “Saya tidak suka jika harga barang-barang teknologi naik begitu saja. Laptop adalah alat penting bagi saya, tetapi dengan harga yang lebih tinggi. Itu bisa membuat orang seperti saya berpikir dua kali sebelum membeli,” ujarnya.
Namun, ada juga yang memaklumi keputusan Acer. Menurut mereka, keputusan tersebut adalah langkah yang perlu dilakukan perusahaan untuk menjaga kelangsungan bisnisnya di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu. “Tarif itu memengaruhi banyak perusahaan, dan Acer hanya salah satu yang terpaksa melakukan ini. Sementara konsumen mungkin kecewa, mereka harus memahami bahwa biaya tambahan itu datang dari kebijakan pemerintah yang tidak bisa dihindari,” kata John Smith, seorang analis teknologi di firma riset pasar GlobalData.
Prediksi Dampak Jangka Panjang
Kenaikan harga yang dilakukan oleh Acer ini menjadi peringatan bagi perusahaan-perusahaan teknologi lainnya yang menghadapi biaya impor yang lebih tinggi akibat tarif yang masih berlaku. Perusahaan-perusahaan seperti Dell, HP, dan Lenovo juga terpaksa menghadapi keputusan yang sama dalam beberapa bulan ke depan. Namun, tidak menutup kemungkinan mereka akan mencoba mencari alternatif untuk memitigasi dampak tarif tersebut. Seperti memindahkan produksi ke negara lain yang tidak terkena tarif atau meningkatkan efisiensi dalam proses produksi.
Menurut beberapa ekonom, dampak jangka panjang dari kebijakan tarif Trump. Akan sangat bergantung pada bagaimana pemerintah AS mengubah kebijakan perdagangan di masa depan. Jika tarif ini terus diterapkan, kemungkinan harga barang-barang elektronik akan tetap tinggi. Dapat memengaruhi daya beli konsumen, terutama di pasar laptop dan komputer. Sebaliknya, jika kebijakan perdagangan AS mulai dilonggarkan atau tarif impor dikurangi, harga laptop bisa kembali turun, menguntungkan konsumen.